ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLOHI WABAROKATUH
HOYYYY LOE LOE PADA YANG BANGGA MENGATAKAN AKU CINTA INDONESIA
BACA LIHAT DAN SAKSIKAN DI SEKELILING MU APAKAH LOE UDAH BUTA MATA DAN HATI LOE
MUNGKIN LOE ORANG BODOH YG PERNAH ADA DI CIPTAKAN DI MUKA BUMI INI
ooooh orang bodoh siapakah engkao yg bangga bilang aku orang indonesia cinta indonesia hidup dan mati ku untuk indonesia mati aja kao sapi perahan pejabat korupt negara ini
AKU MINTA PADA KALIAN YANG MEMBACA BLOG TAK BERGUNA INI CINTAILAH MEREKA SAYANGI MEREKA YANG KURANG BERUNTUNG DALAM HARTA TDK SEPERTI KALIAN YANG TELAH DIBERI HARTA CUKUP NIKMAT YANG BANYAK YANG TELAH ALLAH PERCAYAKAN PADA MU.SEBELUM MEREKA MENYOLATKAN MU MENDOAKAN MU ATAU MELAKNAT MENYUMPAKAN MU ATAS PERBUATANMU SEMASA HIDUP MU SEBELUM KAU MATI USAP KEPALA MEREKA BERI SENYUM PADA MEREKA DAN BERI SEDIKIT HARTA MU BESERTA DOA BUAT MEREKA
ALLAH AKAN MENJAGA KELURGA DAN HARTA MU SEBAGAI COBAAN DI DUNIA INI
Potret Kemiskinan di Indonesia, Sampai Kapan?
berikut bentuk kerja keras mereka
ketika mereka berkonsentrasi
pada saat rapat membahas rakyat
Saatnya Hentikan Sistem/Rezim Tak Amanah
apa ini akan terjadi terus pada sebagian anak miskin di Indonesia? |
berebut hak mereka yang harusnya tidak mereka perebutkan, kapan ini akan berakhir? |
apa calon generasi penerus bangsa harus kekurangan gizi? |
kapan ya bisa menikmati air bersih? |
kapan ya wakil rakyat memikirkan nasib rakyat kecil? |
apa ini semua akan selalu terjadi di negara kita , Indonesia yang kaya ini? apa negara kita aka selalu mengalami krisis moral terus? kapan hak rakyat kecil akan terpenuhi? kapan anggaran pendidikan >20%?
mari bantu saudara saudara kita jika tidak ada wakil rakyat yang memikirkan mereka |
ya, mungkin aku cuma bocah ingusan yang ga punya apa apa dan tidak memiliki kekuasaan yang tinggi, karena aku cuma seorang seksi peralatan di kelas. pertanyaan saya cuma satu, kapan Indonesia merdeka?
Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problema yang muncul dalam kehidupan masyarakat. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian dan tempat berteduh.Atau dengan pendapat lain, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
Kemiskinan menurut pendapat umum dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
1. Kemiskinan yang disebabkan aspek badaniah atau mental seseorang. Pada aspek badaniah, biasanya orang tersebut tidak bisa berbuat maksimal sebagaimana manusia lainnya yang sehat jasmani. Sedangkan aspek mental, biasanya mereka disifati oleh sifat malas bekerja dan berusaha secara wajar, sebagaimana manusia lainnya.
2. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam. Biasanya pihak pemerintah menempuh dua cara, yaitu memberi pertolongan sementara dengan bantuan secukupnya dan mentransmigrasikan ke tempat hidup yang lebih layak.
3. Kemiskinan buatan atau kemiskinan struktural. Selain disebabkan oleh keadaan pasrah pada kemiskinan dan memandangnya sebagai nasib dan takdir Tuhan, juga karena struktur ekonomi, sosial dan politik.
Kemiskinan yang meluas adalah produk kekuasaan politik
Jumlah warga miskin makin bertambah jumlah orang kaya mendadak pun semakin mengila banyaknya di negri ironis ini orang kaya yang kebingungan mau buang uang pun semakin bingung lihat di jalan2 kota jakarta berapa banyak jumlah mobil yang harganya di atas 100jt dan 1 milyar jumlah jari kaki dan tangan se kelurahan papanggo jakarta utara saya rasa kalo di jumlah masih kurang tuh
Pemerintah Tak Peduli
mBok Misinem hanya tergolek di tempat tidur di hari tuanya.
Berdasarkan standar BPS (Maret 2007), kategori miskin di antaranya seorang dengan penghasilan di bawah Rp 167.000,-/bulan/orang atau Rp 5.500,-/hari/orang. Dengan stadar BPS, angka kemiskinan saat ini hanya sekitar 13 persen atau sekitar 30 juta orang. Namun, menurut Bank Dunia, salah satu kriteria orang miskin di Indonesia adalah mereka yang berpenghasilan di bawah 2 dolar/Rp 19.000,- perhari (sekitar Rp 500 ribu/bulan). Jika menggunakan ukuran World Bank ini, angka kemiskinan di Indonesia bisa di atas 43 persen dari sekitar 240 juta penduduk Indonesia; kira-kira mendekati 100 juta jiwa. Inilah fakta keseharian kehidupan rakyat yang amat menyedihkan. Padahal bukankah mereka hidup di sebuah negeri yang subur serta kaya dengan kandungan mineral dan sumber daya alam lainnya?
Pemerintah Tak Peduli
mBok Misinem hanya tergolek di tempat tidur di hari tuanya.
Potret Kemiskinan Di Sekitar Kita
Tatapan penuh harap seorang gadis kecil di pinggir perlintasan kereta api. Tentunya mencita-citakan kehidupan yang lebih baik di hari depannya nanti.
potret modernisasi kemiskinan
Nih liat. orang yang rumahnya di bantaran kali. Merea nyuci baju, mandi, dari air kali. Air kali yang bisa aja itu adalah air dari buangan sepitank kita di rumah. Apa pernah mereka kepikiran untuk beli mainan mahal untuk anaknya ? Enggak. Mereka aja masih bingung, hari ini keluarganya masih bisa makan apa nggak ?
Potret Kemiskinan Indonesia. Ibu - Ibu berbondong - bondong berebutan sembako. Barang yang dibutuhkan selalu tidak sesuai dengan kapasitas orang yang ada. Itu pasti banget. Liat deh, sampe ada yang pingsan gitu. Ibu - ibu kayak gini, apa pernah mereka berfikir akan beliin anaknya mainan ? Jangan mikir mainan, walaupun anaknya udah minta juga susah buat menuhinnya.
Pemulung Cilik ini, pernah nggak ya dia kepikiran mau beli mainan di toko seberang sana ?
Jawabannya enggak. Sebenernya iya di dalam hati kecilnya. Tapi dia masih punya nurani. Dia masih mikir Ibunya dirumah makan apa kalo dia nggak kerja ? Belum lagi kalo dia masih punya adik. Dia aja udah bingung buat hidup keluarganya sendiri, tapi apa ?
Dia tetap bisa senang tanpa mainan - mainan mahal, seperti ini :
Liat deh senyum bahagia anak - anak di tempat pembuangan sampah ini. Mereka mainnya di TPA loh, bukan di mall kayak kita. Bukan di toko mainan atau pameran game online. Mereka bermain di TPA, tapi mereka tetap bisa senyum. Senyum tulus yang seutuhnya. Sedangkan kita ? Nggak dibeliin hp baru, mewek, ngambek. Nggak dibeliin mainan, marah, nangis-nangis. Nggak bisa nonton konseri ini-itu karena nggak ada uang, ngerengek minta dibeliin. Nggak pernah mau usaha, Nggak pernah bisa ngambil sisi positif dari suatu hal.
Apa pernah lo ngeliat anak - anak ini mewek - mewek minta dibeliin mainan, dibeliin hp baru, dsb sama Ibunya ? Mereka main di TPA aja udah bahagia banget kan tuh, dapet buku bekas yang masih bagus aja, mereka masih mau baca. Kita ? Buku lecek dikit aja minta ganti -,-
Atau ini, anak kecil di Korea mengemis di jalanan. Di Korea aja begini, nggak heran di Indonesia banyak gelandangan. Anak kecil ini ngemis sambil bawa foto bokapnya.
Satu lagi Potret Kemiskinan Indonesia. Ibu dan anaknya, kompakan tidur di jalan. Sangking mereka tunawisma. Anak kecil yang semestinya sekolah dan bermain sama teman sebayanya, tidur di kasur yang empuk, tapi ini ? Tidur di jalan aja dia udah lelap banget
Potret Kemiskinan Negeri Kita..Indonesia..Apa yang bisa kita Lakukan
POTRET 65 TAHUN INDONESIA MERDEKA
65 tahun merupakan usia belia bagi sebuah negara
65 tahun bukan waktu yang cukup untuk membenahi segala hal
65 tahun bukan waktu yang cukup untuk memperbaiki segala hal
TAPI
65 TAHUN MERDEKA
CUKUP UNTUK MEMPELAJARI BANYAK HAL
CUKUP UNTUK MEMAHAMI BANYAK KESALAHAN
CUKUP UNTUK SEMUA KESERAKAHAN
CUKUP UNTUK SEMUA PENZOLIMAN DAN PENINDASAN
CUKUP UNTUK SEMUA KEMELARATAN
CUKUP UNTUK SEMUA PEMBODOHAN
CUKUP UNTUK SEMUA PENGORBANAN SIA-SIA
NAMUN BAGAIMANAPUN JUGA
TINGGAL BAGAIMANA KEINGINAN
RAKYAT DAN PARA PEMIMPIN BANGSA INI
MENYIKAPI SEMUA KESALAHAN
MENYIKAPI SEMUA KESALAHAN
TRANSPORTASI MASSAL YANG PENUH MASALAH
KEMISKINAN RAKYAT
GENERASI PUTUS SEKOLAH
PENERTIBAN ATAU KESEWENANGAN
KEMACETAN LALU-LINTAS
POTRET PAHLAWAN RAKYATNYA
Pada kemana ya...?
Zzzzzzz....................
TAPI FASILITASNYA
A. Gaji Anggota DPR-RI
1. Gaji pokok : Rp. 4.200.000,-
2. Tunjangan keluarga: ( Istri : Rp. 420.000,- Anak : Rp. 84.000,-)
3. Uang paket : Rp. 2.000.000,-
4. Tunjangan jabatan : Rp. 9.700.000,-
5. Tunjangan beras : Rp. 126.000,-
6. Tunjangan khusus (PPh) : Rp. 1.723.445,- +
Jumlah Penghasilan Kotor : Rp 18.254.354,-
2. Tunjangan keluarga: ( Istri : Rp. 420.000,- Anak : Rp. 84.000,-)
3. Uang paket : Rp. 2.000.000,-
4. Tunjangan jabatan : Rp. 9.700.000,-
5. Tunjangan beras : Rp. 126.000,-
6. Tunjangan khusus (PPh) : Rp. 1.723.445,- +
Jumlah Penghasilan Kotor : Rp 18.254.354,-
Potongan-potongan
1. – Beras/Bulog : Rp. 0,-
2. – Iuran wajib : Rp. 470.400,-
3. – Pajak penghasilan : Rp. 1.723.445,-
4. – Contra pos : Rp. 0,- +
Jumlah Potongan : Rp. 2.193.845,-
Jumlah Penghasilan Bersih : Rp. 16.060.500,-
B. Tunjangan Anggota DPR-RI
1. Subsidi langganan listrik dan telepon Anggota DPR RI Periode 2004 – 2009 berdasarkan SK Sekjen No
1. – Beras/Bulog : Rp. 0,-
2. – Iuran wajib : Rp. 470.400,-
3. – Pajak penghasilan : Rp. 1.723.445,-
4. – Contra pos : Rp. 0,- +
Jumlah Potongan : Rp. 2.193.845,-
Jumlah Penghasilan Bersih : Rp. 16.060.500,-
B. Tunjangan Anggota DPR-RI
1. Subsidi langganan listrik dan telepon Anggota DPR RI Periode 2004 – 2009 berdasarkan SK Sekjen No
23/SEKJEN/2008 Tanggal 2 Januari 2008: Rp. 5.500.000,-
2. Tunjangan peningkatan komunikasi intensif berdasarkan Surat Persetujuan Menteri Keuangan RI No. S-193/MK.2/2005 Tanggal 30 November 2005 dan SK Sekjen No. 11/SEKJEN/2008 Tanggal 2 Januari 2008: Rp. 14.140.000,-
3. Tunjangan kehormatan dan alat kelengkapan Dewan: Rp. 3.720.000,-
4. Tunjangan peningkatan fungsi pengawasan sesuai SK Sekjen No. 22/ SEKJEN/2008 Tanggal 2 Januari 2008: Rp. 2.500.000,-
5. Tunjangan penyerapan aspirasi masyarakat sesuai SK Sekjen No. 12/SEKJEN/2008 Tanggal 2 Januari 2008: Rp. 8.5000.000,-
6. Bantuan penunjang akomodasi berdasarkan SK Sekjen No. 04.A/SEKJEN/2008 Tanggal 2 Januari 2008: Rp. 15.000.000,-
Jumlah Tunjangan Kotor : Rp. 49.360.000,-
Potongan tunjangan
1. PPh Psl 21: 15% x Rp. 14.140.000,- : Rp. 2.121.000,-
2. PPh Psl 21: 15% x Rp. 3.720.000,- : Rp. 558.000,-
3. PPh Psl 21: 15% x Rp. 2.500.000,- : Rp. 375.000,-
4. PPh Psl 21: 15% x Rp. 8.500.000,- : Rp. 1.275.000,-
5. PPh Psl 21: 15% x Rp. 15.000.000,- : Rp. 2.250.000,-
Jumlah Potongan Tunjangan : Rp. 6.579.000,-
Jumlah Tunjangan Bersih : Rp. 42.781.000,-
Jumlah Penghasilan Bersih : Rp. 16.060.500,-
Jumlah Tunjangan Bersih : Rp. 42.781.000,-
TOTAL : Rp. 58.841.500,-
Setiap bulan Anggota DPR menerima penghasilan sebesar Rp. 58.841.500,-
C. ANGGARAN MASA RESES
Untuk kunjungan ke daerah pemilihan, para Anggota DPR diberi anggaran, yaitu:
1. Fasilitas angkutan dalam kota 9 hari x Rp. 520.000,- = Rp. 4.680.000,-
2. Biaya uang harian di daerah 9 hari x Rp. 300.000,- = Rp. 2.700.000,-
3. Biaya representasi 9 hari x Rp. 200.000,- = Rp. 1.800.000,-
4. Biaya penginapan 8 hari x Rp 1.550.000,- = Rp. 12.400.000,-
5. Biaya penyerapan aspirasi rakyat 7 hari x Rp. 4.500.000,- = Rp. 31.500.000,-
TOTAL Rp. 53.080.000,-
D. Fasilitas Anggota DPR-RI
- Asuransi kesehatan Rp 5,5 juta/bulan
- Asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan Rp 1.179.300/tahun
- Pemberian kredit mobil Rp 154 juta/tahun
2. Tunjangan peningkatan komunikasi intensif berdasarkan Surat Persetujuan Menteri Keuangan RI No. S-193/MK.2/2005 Tanggal 30 November 2005 dan SK Sekjen No. 11/SEKJEN/2008 Tanggal 2 Januari 2008: Rp. 14.140.000,-
3. Tunjangan kehormatan dan alat kelengkapan Dewan: Rp. 3.720.000,-
4. Tunjangan peningkatan fungsi pengawasan sesuai SK Sekjen No. 22/ SEKJEN/2008 Tanggal 2 Januari 2008: Rp. 2.500.000,-
5. Tunjangan penyerapan aspirasi masyarakat sesuai SK Sekjen No. 12/SEKJEN/2008 Tanggal 2 Januari 2008: Rp. 8.5000.000,-
6. Bantuan penunjang akomodasi berdasarkan SK Sekjen No. 04.A/SEKJEN/2008 Tanggal 2 Januari 2008: Rp. 15.000.000,-
Jumlah Tunjangan Kotor : Rp. 49.360.000,-
Potongan tunjangan
1. PPh Psl 21: 15% x Rp. 14.140.000,- : Rp. 2.121.000,-
2. PPh Psl 21: 15% x Rp. 3.720.000,- : Rp. 558.000,-
3. PPh Psl 21: 15% x Rp. 2.500.000,- : Rp. 375.000,-
4. PPh Psl 21: 15% x Rp. 8.500.000,- : Rp. 1.275.000,-
5. PPh Psl 21: 15% x Rp. 15.000.000,- : Rp. 2.250.000,-
Jumlah Potongan Tunjangan : Rp. 6.579.000,-
Jumlah Tunjangan Bersih : Rp. 42.781.000,-
Jumlah Penghasilan Bersih : Rp. 16.060.500,-
Jumlah Tunjangan Bersih : Rp. 42.781.000,-
TOTAL : Rp. 58.841.500,-
Setiap bulan Anggota DPR menerima penghasilan sebesar Rp. 58.841.500,-
C. ANGGARAN MASA RESES
Setiap empat bulan sekali ada jadwal reses. Lama masa reses sekitar satu bulan. Dalam masa ini, mereka diwajibkan melakukan kunjungan ke daerah pemilihan. Selain itu, mereka juga melakukan kunjungan kerja Komisi dan atau kunjungan kerja atas nama Alat Kelengkapan DPR. Kunjungan atas nama Alat Kelengkapan DPR ini bisa dilakukan di dalam negeri maupun ke luar negeri.
Untuk kunjungan ke daerah pemilihan, para Anggota DPR diberi anggaran, yaitu:
1. Fasilitas angkutan dalam kota 9 hari x Rp. 520.000,- = Rp. 4.680.000,-
2. Biaya uang harian di daerah 9 hari x Rp. 300.000,- = Rp. 2.700.000,-
3. Biaya representasi 9 hari x Rp. 200.000,- = Rp. 1.800.000,-
4. Biaya penginapan 8 hari x Rp 1.550.000,- = Rp. 12.400.000,-
5. Biaya penyerapan aspirasi rakyat 7 hari x Rp. 4.500.000,- = Rp. 31.500.000,-
TOTAL Rp. 53.080.000,-
D. Fasilitas Anggota DPR-RI
- Asuransi kesehatan Rp 5,5 juta/bulan
- Asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan Rp 1.179.300/tahun
- Pemberian kredit mobil Rp 154 juta/tahun
Sumber data : www.forumkami.com
Bandingkan berapa kalkulasi kebijakan UMR
Bagi rakyat yang telah menggaji dan membayar mereka
Tabel UMR 2010
Akankan sila ke 5 Pancasila dapat terwujud
"Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia"
YANG KORUPTOR
APAKAH SEMUA ITU BELUM CUKUP .....???? BOSS
Hampir Tujuh Bulan Mbok Darmi & Giman Tidur di Becak
Potret Kemiskinan Rakyat Dan Penguasa yg bermewah-mewahan
Seperti yang dilansir sejumlah media, jumlah orang miskin makin merisaukan seiring kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010. Pasalnya, kenaikan TDL memberikan efek domino berupa kenaikan harga sembako, ancaman PHK dan pengangguran.
Berdasarkan standar BPS (Maret 2007), kategori miskin di antaranya seorang dengan penghasilan di bawah Rp 167.000,-/bulan/orang atau Rp 5.500,-/hari/orang. Dengan stadar BPS, angka kemiskinan saat ini hanya sekitar 13 persen atau sekitar 30 juta orang. Namun, menurut Bank Dunia, salah satu kriteria orang miskin di Indonesia adalah mereka yang berpenghasilan di bawah 2 dolar/Rp 19.000,- perhari (sekitar Rp 500 ribu/bulan). Jika menggunakan ukuran World Bank ini, angka kemiskinan di Indonesia bisa di atas 43 persen dari sekitar 240 juta penduduk Indonesia; kira-kira mendekati 100 juta jiwa. Inilah fakta keseharian kehidupan rakyat yang amat menyedihkan. Padahal bukankah mereka hidup di sebuah negeri yang subur serta kaya dengan kandungan mineral dan sumber daya alam lainnya?
Program: BEASISWA CERAH - CERdas dan amanAH biaya pendidikan Dhevi Wulandari yang bersekolah di SMKN 19 Jakarta. Siswi kelas 1 ini sangat kesulitan membayar biaya sekolahnya. Sudah beberapa bulan, biaya sekolahnya menumpuk menjadi tunggakan. Belum lagi biaya studi banding yang memang harus dibayarkan di bulan juni ini.
Rumahnya hanya berukuran 3 x 4 cm, berjumlah 2 ruangan, terbuat dari kayu-kayu yang sudah tepo dan sudah hampir roboh, tidak ada jendela serta tidak ada kamar mandi dan keran air sama sekali, tapi toh, disanalah keluarga Ibu Bunyati dan ke tiga anaknya tinggal.
Barang-barang yang bertumpuk-tumpuk karena sempitnya ruang, membuat kesan pertama dari rumah itu seperti kapal pecah! Sungguh, hampir-hampir tidak ada spasi atau celah untuk duduk. Karena di ruang depan yang umumnya dipakai sebagai ruang tamu, malah dipakai untuk menaruh peralatan dapur, piring kotor, sampai kompor. Sedangkan di ruang belakang yang lebih sempit itu dipakai untuk menaruh kasur yang sungguh...suda sangat lapuk dan usang! Disanalah ibu dan ketiga anaknya itu tidur bersama-sama. Bunyati hanya bisa berkata : ”Habis bagaimana lagi neng...kontrakan di Jakarta sekarang tidak ada yang murah..Kami terpaksa bertahan di sini ya karena inilah yang paling murah. Cuma Rp.150.000 per bulan..”
Sungguh, baru 10 menit, aku berada di dalam, sudah cepat-cepat ingin keluar. Bukan karena angkuh tidak ingin berada di dalam rumah yang sangat tidak layak itu, melainkan karena aroma tak sedap dan pengab yang sangat menyengat dari dalam rumah tersebut. Sulit dipercaya, bahwa setiap hari mereka terpaksa berada di dalam rumah, dan lama-lama terbiasa di dalmnya. Karena, jujur rumah itu jauh dari kriteria rumah sehat.
Tapi, bukan soal kelayakan rumah, masalah yang ingin diangkat kali ini. Tapi soal biaya pendidikan Dhevi Wulandari yang bersekolah di SMKN 19 Jakarta. Siswi kelas 1 ini sangat kesulitan membayar biaya sekolahnya. Sudah beberapa bulan, biaya sekolahnya menumpuk menjadi tunggakan. Belum lagi biaya studi banding yang memang harus dibayarkan di bulan juni ini. ”Studi Banding ini wajib untuk semua siswa kami Mba...itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah”.Begitu kira-kira penjelasan dari salah satu guru disana.
Dhevi adalah anak pertama dari Ibu Bunyati. Kedua adiknya, Wahyu dan Deni, masih duduk di sekolah dasar. Pulang dari sekolah, terkadang Dhevi disuruh untuk membantu acara di rumah gurunya untuk menambah uang sakunya, seperti mencuci piring, dan lain-lain. ”Dhevi itu sebenarnya adalah anak yang berpotensi, karena dia cukup aktif di organisasi dan berkelakuan baik’ Begitu kira-kira pengakuan guru Dhevi. Ibu Bunyati sendiri, bekerja sebagai kuli cuci dengan penghasilan perbulan tak lebih dari Rp. 250.000. Dipotong untuk membayar kontrakan, alhasil, hanya Rp.100.000 yang dia bisa pergunakan untuk menghidupi diri dan ketiga anaknya selama 1 bulan.
Dia lalu mencoba untuk berjualan ayam yang sudah dibumbuinya. Namun, kalau laku semua pun hanya dapat Rp. 15.000 sehari dan seringkali justru hanya kembali modal. Untungnya ada seorang tetangga yang masih sering memberi beras dan air untuk minum. Walau begitu, tak jarang Dhevi harus berjalan kaki pulang sekolah dari Bendungan Hilir ke rumahnya di daerah Palmerah.
Suami Bunyati sudah lama meninggal, sehingga saat ini Ia harus mencukupi sendiri kebutuhan keluarganya. Begitulah sedikit gambaran tentang potret kemiskinan di Indonesia. Sesuatu yang ada di sekitar kita, namun seringkali terabaikan. Anak asuh penerima Beasiswa POR—TAL , rata-rata memiliki kondisi ekonomi yang tak kalah miris dari kisah Dhevi.
Beasiswa POR—TAL adalah salah satu jenis Program Beasiswa, dari Div. Pendidikan Portalinfaq, yang diberikan kepada perorangan. Berbeda dengan Beasiswa Cerah yang merupakan Beasiswa di satu daerah Binaan.
Salurkan bantuan anda melalui :
Bank BCA Cabang Arteri Pondok Indah No. Rek : 291-300-5244
Bank Syariah Mandiri Cabang Warung Buncit No. Rek. : 003-003-5790
Bank Mandiri Cabang Kuningan No. rek : 124-000-107-9798
Semuanya a/n Yayasan Portalinfaq
Apabila para donatur yang dermawan berkenan, mohon mengkonfirmasi setelah melakukan transfer dana, dengan menelepon atau menge-fax, ke kantor kami, dengan format :
Nama diri - nomor yang bisa dihubungi - nama bank transfer – email - dan tulis [untuk Program Pendidikan-Beasiswa Por-Tal].
Atau mengirimkannya ke email : julianti@portalinfaq.org
Semoga Allah memberi rezeki dan limpahan Rahmat-Nya kepada Bapak/Ibu Dermawan sekalian dimanapun berada...
Informasi lebih lanjut :
Kantor LAZ PORTALINFAQ
Divisi Pendidikan
Jl. Radio IV No. 8A
Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12130
Telp. (021) 7278-6073 Fax. (021) 7278-6074
Website : http://www.portalinfaq.org Email : layanan@portalinfaq.org
Barang-barang yang bertumpuk-tumpuk karena sempitnya ruang, membuat kesan pertama dari rumah itu seperti kapal pecah! Sungguh, hampir-hampir tidak ada spasi atau celah untuk duduk. Karena di ruang depan yang umumnya dipakai sebagai ruang tamu, malah dipakai untuk menaruh peralatan dapur, piring kotor, sampai kompor. Sedangkan di ruang belakang yang lebih sempit itu dipakai untuk menaruh kasur yang sungguh...suda sangat lapuk dan usang! Disanalah ibu dan ketiga anaknya itu tidur bersama-sama. Bunyati hanya bisa berkata : ”Habis bagaimana lagi neng...kontrakan di Jakarta sekarang tidak ada yang murah..Kami terpaksa bertahan di sini ya karena inilah yang paling murah. Cuma Rp.150.000 per bulan..”
Sungguh, baru 10 menit, aku berada di dalam, sudah cepat-cepat ingin keluar. Bukan karena angkuh tidak ingin berada di dalam rumah yang sangat tidak layak itu, melainkan karena aroma tak sedap dan pengab yang sangat menyengat dari dalam rumah tersebut. Sulit dipercaya, bahwa setiap hari mereka terpaksa berada di dalam rumah, dan lama-lama terbiasa di dalmnya. Karena, jujur rumah itu jauh dari kriteria rumah sehat.
Tapi, bukan soal kelayakan rumah, masalah yang ingin diangkat kali ini. Tapi soal biaya pendidikan Dhevi Wulandari yang bersekolah di SMKN 19 Jakarta. Siswi kelas 1 ini sangat kesulitan membayar biaya sekolahnya. Sudah beberapa bulan, biaya sekolahnya menumpuk menjadi tunggakan. Belum lagi biaya studi banding yang memang harus dibayarkan di bulan juni ini. ”Studi Banding ini wajib untuk semua siswa kami Mba...itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah”.Begitu kira-kira penjelasan dari salah satu guru disana.
Dhevi adalah anak pertama dari Ibu Bunyati. Kedua adiknya, Wahyu dan Deni, masih duduk di sekolah dasar. Pulang dari sekolah, terkadang Dhevi disuruh untuk membantu acara di rumah gurunya untuk menambah uang sakunya, seperti mencuci piring, dan lain-lain. ”Dhevi itu sebenarnya adalah anak yang berpotensi, karena dia cukup aktif di organisasi dan berkelakuan baik’ Begitu kira-kira pengakuan guru Dhevi. Ibu Bunyati sendiri, bekerja sebagai kuli cuci dengan penghasilan perbulan tak lebih dari Rp. 250.000. Dipotong untuk membayar kontrakan, alhasil, hanya Rp.100.000 yang dia bisa pergunakan untuk menghidupi diri dan ketiga anaknya selama 1 bulan.
Dia lalu mencoba untuk berjualan ayam yang sudah dibumbuinya. Namun, kalau laku semua pun hanya dapat Rp. 15.000 sehari dan seringkali justru hanya kembali modal. Untungnya ada seorang tetangga yang masih sering memberi beras dan air untuk minum. Walau begitu, tak jarang Dhevi harus berjalan kaki pulang sekolah dari Bendungan Hilir ke rumahnya di daerah Palmerah.
Suami Bunyati sudah lama meninggal, sehingga saat ini Ia harus mencukupi sendiri kebutuhan keluarganya. Begitulah sedikit gambaran tentang potret kemiskinan di Indonesia. Sesuatu yang ada di sekitar kita, namun seringkali terabaikan. Anak asuh penerima Beasiswa POR—TAL , rata-rata memiliki kondisi ekonomi yang tak kalah miris dari kisah Dhevi.
Beasiswa POR—TAL adalah salah satu jenis Program Beasiswa, dari Div. Pendidikan Portalinfaq, yang diberikan kepada perorangan. Berbeda dengan Beasiswa Cerah yang merupakan Beasiswa di satu daerah Binaan.
Salurkan bantuan anda melalui :
Bank BCA Cabang Arteri Pondok Indah No. Rek : 291-300-5244
Bank Syariah Mandiri Cabang Warung Buncit No. Rek. : 003-003-5790
Bank Mandiri Cabang Kuningan No. rek : 124-000-107-9798
Semuanya a/n Yayasan Portalinfaq
Apabila para donatur yang dermawan berkenan, mohon mengkonfirmasi setelah melakukan transfer dana, dengan menelepon atau menge-fax, ke kantor kami, dengan format :
Nama diri - nomor yang bisa dihubungi - nama bank transfer – email - dan tulis [untuk Program Pendidikan-Beasiswa Por-Tal].
Atau mengirimkannya ke email : julianti@portalinfaq.org
Semoga Allah memberi rezeki dan limpahan Rahmat-Nya kepada Bapak/Ibu Dermawan sekalian dimanapun berada...
Informasi lebih lanjut :
Kantor LAZ PORTALINFAQ
Divisi Pendidikan
Jl. Radio IV No. 8A
Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12130
Telp. (021) 7278-6073 Fax. (021) 7278-6074
Website : http://www.portalinfaq.org Email : layanan@portalinfaq.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar